Rabu, 03 Oktober 2007

Jika Saya Dipercaya Lagi

Sudah saatnya pembangunan di Kota Palu, harus diarahkan pada sebuah kebijakan yang pro poor. Lantaran itu, jika saya dipercaya lagi, maka saya akan melakukan:

1.Membuat sistem politik yang sehat melalui proses demokrasi.
2. Membuat format otonomi yang efisien

Sedangkan untuk Sulawesi Tengah, pembangunan daerah harus di fokuskan pada :

1. Pendidikan
2. Kesehatan
3.Potensi yang melimpah untuk di gali dan di kembangkan

Pendidikan diarahkan pada KBKK Kurikulum berbasis kompetensi kawasan, sehingga menciptakan generasi dengan membangun nilai manusia yang kreatif,inovatif dan partisipatif.

Kita memiliki garis pantai 4130 m atau sama dengan keliling pulau jawa, maka mayoritas penduduk tinggal di pesisir. Dengan adanya potensi besar yang kita miliki itu, kita di tuntut untuk mengembangkannya dengan cara meningkatkan produktivitas misalnya dengan di bangun sekolah berbasis kelautan.

Begitu juga dengan potensi-potensi yang lain yang belum tergali sekolah kejuruan seperti goelogi untuk potensi tambang seperti emas,nikel dll. Demikian juga sekolah berbasis agro, karena potensi inilah yang belum tergarap secara maksimal.

Palu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah barat, sedangkan luwuk untuk wilayah timur sehingga terbentuk keseimbangan ekonomi daerah. Ini yang harus di desain di semua aspek. Kita gunakan analisa SWOT sehingga kita melihat apa yang menjadi kekuatan,kelemahan, peluang serta ancaman apa saja yang ada. Melihat potensi yang ada ini,sebenarnya propinsi Sulawesi adalah propinsi yang terkaya di kawasan timur Indonesia .
Mari jo...! torang sama-sama mengembangakan nilai nosarara nosabatutu untuk mewujudkan impian bersama, Sulawesi yang sejahtera. ***

Kamis, 27 September 2007

Palu Pasok Bahan Baku Ekspor Furniture Rotan Nasional

Sebagai salah satu daerah penampung rotan terbesar di Provinsi Sulawesi Tengah, Kota Palu menjajaki kerjasama dengan sejumlah kota industri di Pulau Jawa untuk memasok kebutuhan bahan baku ekspor furniture rotan nasional.

"Walikota Palu Rusdy Mastura saat ini sedang berada di Cirebon (Jawa Barat) untuk membahas masalah ini dengan walikota di sana dan akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan kesepakatan," kata Sekretaris Kota Palu, Arifin Hi Lolo, di Palu, Selasa.

Mantan anggota DPRD Sulteng itu menjelaskan, kerjasama kedua pemerintah kota tersebut nantinya disepakakti dalam bentuk nota kesefahaman (MoU) yang akan ditandatangani di hadapan Menperindag pada 16 Juli mendatang.

Dalam kesepakatan tersebut, katanya, Cirebon nantinya akan menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang mengekspor hasil kerajinan rotan yang sudah diolah.

"Cirebon adalah penghasil rotan olahan terbaik di dunia, sehingga kota itu layak untuk menjadi eksportir produk rotan, seperti aneka meubel, perabot rumah tangga, serta aneka cindera mata lainnya," ujarnya.

Dia mengatakan, Pemkot Palu juga akan bekerjasama dengan daerah lain di Sulteng dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku rotan untuk industri nasional.

"Jadi tidak hanya Kota Palu saja yang memasok kebutuhan rotan untuk industri nasional, tapi juga melibatkan kabupaten lain," katanya.

Menurut Arifin Lolo, kerjasama tersebut secara tidak langsung akan mensejahterakan petani rotan.

"Para petani kita akan mengerti secara jelas kemana hasil rotannya akan dipasarkan dengan harga yang bersaing," kata dia.

Produksi rotan Kota Palu mencapai lebih 5.000 ton per tahun dari total 11.000 ton rotan produksi di Sulawesi Tengah yang merupakan penghasil rotan terbesar di Indonesia.

Cudy: Selamat Datang Investor

Kota Palu berbenah. Untuk menarik investor, mereka membangun kawasan industri, mempermudah perizinan, dan menyiapkan infrastruktur. Andalannya, kakao dan rotan. Namun, keamanan masih jadi kendala. Di mana peran e-government?

Minadi Punjaya sepertinya tidak terlalu peduli dengan teror bom yang melanda Kota Palu. Pada awal Oktober 2004, dalam sepekan terjadi delapan kali ancaman bom dilontarkan oleh para penelepon gelap. Sasarannya, gedung-gedung sekolah dan sebuah rumah sakit bersalin. Lalu, 31 Desember 2005, bom meledak di Jl. Hasanuddin, Maesa, Palu Timur, dan menewaskan lima orang. Paling akhir, 31 Desember 2006, ditemukan dua buah kardus yang diduga berisi bom. Namun, itu tadi, Minadi tak peduli.

Minadi justru menaruh asa yang sangat besar terhadap rencana Pemerintah Kota Palu untuk membangun kawasan industri di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah ini. Apalagi setelah dia mengenal sosok Rusdy Mastura, wali kota Palu, yang dianggapnya sebagai seorang yang visioner. Niatnya untuk membangun pelabuhan laut di Kota Palu seperti ingin segera ia realisasikan. Ini dibuktikan dengan ditandatanganinya MoU rencana investasi, Senin (5/2) lalu, di lantai dasar Gedung Graha Mustika Ratu, kawasan Pancoran, Jakarta.

Sebenarnya, siang itu Minadi bukan satu-satunya calon investor yang hadir. Calon investor lain yang ikut menandatangani MoU adalah Raymond Kim, CEO PT Konesia Utama, dan Nyoman Dharmawanti, direktur PT Diaksa Pramana Wisesa. Namun, Minadi yang direktur PT Ina International Co. ini mungkin orang yang paling yakin dengan potensi di Sulawesi Tengah, khususnya di Kota Palu. “Saya melihat wali kotanya memulainya dengan hati yang tulus. Potensi alamnya juga menjanjikan. Jadi, mengapa kami tidak berani untuk memulai?” tandas Minadi, setengah bertanya.

KIT Masih Menggoda
Rini Djafar, direktur riset dan konsultasi PT Procon Indah, mengibaratkan kawasan industri dengan lirik sebuah lagu lama, “Aku masih seperti yang dulu”. Subsektor dalam bisnis properti sebetulnya nyaris tidak berkembang dalam 2–3 tahun terakhir. Perkembangan kawasan industri memang sangat tergantung pada masuknya investor. Nah, supaya investor masuk, perlu iklim investasi yang kondusif. Ini baik untuk investor domestik, terlebih lagi investor asing. Sungguhpun demikian, masih banyak pemerintah daerah yang berkeinginan mengembangkan kawasan industri terpadu.

Pemkot Palu salah satunya. Menurut Rusdy Mastura, sang wali kota, pembangunan kawasan industri merupakan salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Itu sebabnya pria pengidola grup band Ungu ini sibuk ke sana kemari mengundang investor untuk menanamkan modalnya di Kota Palu. “Kami harus meniru cara Pak Fadel (Fadel Muhammad, Gubernur Gorontalo―Red.) yang bisa mengundang para investor masuk ke Gorontalo,” ujarnya.

Apa yang membuat Rusdy ngotot ingin membangun kawasan industri di Kota Palu? “Saya ingin menjadikan Palu sebagai pusat perdagangan kakao dan kerajinan rotan, terutama untuk Sulawesi Tengah,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai ketua DPRD Kota Palu itu.

Kakao dan rotan merupakan komoditas utama yang dihasilkan provinsi dengan luas wilayah 66.905 kilometer persegi, atau 44% dari luas total Sulawesi ini. Jumlah produksi kakao Sulawesi Tengah per tahun mencapai 120.000 ton—bandingkan dengan volume produksi nasional yang sekitar 450.000 ton per tahun, alias terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.

Lalu, produksi rotan mencapai 200–300 ton per tahun. Sementara itu, volume produksi rotan nasional adalah 750 ton per tahun. Indonesia merupakan pemasok 80% pasar rotan dunia.

Letak Palu yang berada di tepi Selat Makassar juga dinilai sangat strategis, nyaris serupa dengan posisi Singapura yang menjadi tempat persinggahan pelayaran internasional. Menurut Dharma Gunawan, ketua Bappeda Kota Palu, posisi itu memungkinkan Palu menjadi interline perdagangan dunia. “Sebab, semua pusat industri dunia berada di belahan utara,” jelas pria yang baru saja kembali diangkat sebagai ketua Bappeda itu.

Rencana untuk membangun kawasan industri ini kemudian mereka sampaikan kepada Departemen Perindustrian. Tahun lalu, pihak Departemen Perindustrian mengirim tim dari Universitas Indonesia untuk melakukan riset guna memetakan kompetensi inti atau core competence Kota Palu. Hasilnya, mebel rotan dan kakao menjadi core competency kota ini. “Maka, di sana kami rancang kawasan industri mebel rotan. Kami ingin Palu menguasai produk akhir rotan,” ujar Dedi Mulyadi Muhadjar, direktur biro Perencanaan, Departemen Perindustrian.

Kerja Sama
Rencana pembangunan kawasan industri dilakukan Pemkot Palu bekerja sama dengan Departemen Perindustrian. Soal dana, pihak pemkot menganggarkannya dalam APBD. “Kami sudah sampaikan kepada anggota DPRD agar mereka mau menaikkan APBD untuk pembangunan kawasan industri ini,” tutur Dharma.

Sementara itu, Departemen Perindustrian, jelas Dedi, akan mengalokasikan dana dekonsentrasi guna membantu rencana Pemkot Palu. “Kami berharap ini akan menjadi contoh bagi daerah-daerah lainnya,” jelas Dedi.

Menurut Amin Aco, kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Palu, pihak pemkot sudah menggelontorkan dana sekitar Rp1,1 miliar, sedangkan Departemen Perindustrian mengeluarkan sekitar Rp13 miliar untuk pengembangan kawasan industri rotan. Kawasan industri ini akan dibangun di area seluas 1.500 hektar.

Pembangunan kawasan ini akan dilakukan bertahap. Tahap pertama adalah pengembangan lahan seluas 25 hektar guna pembangunan Unit Pelayanan Teknis (UPT). Fokus pengembangannya adalah pengelolaan berbasis rotan yang menyediakan layanan polish spill dan pemotongan rotan jadi.

Departemen Perindustrian juga membangun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Griya Rotan. Ini dilakukan guna menjamin ketersediaan SDM. Di SMK tersebut tersedia workshop dengan peralatan lengkap. Sekolah yang terletak 15 kilometer dari Kota Palu ini tengah mengajar 27 siswa.

Ungkap Dedi, pihak Departemen Perindustrian juga berencana membangun sekolah tinggi setingkat diploma. Lulusannya akan menjadi desainer untuk mebel rotan. Sebelum sekolah tersebut berdiri, untuk sementara Departemen Perindustrian bekerja sama dengan Universitas Tadulako guna mendidik mahasiswa yang memiliki keahlian di bidang mebel rotan.

Menarik Investasi
Menarik investor bukanlah perkara mudah. Ada empat hal yang penting diperhatikan: perizinan, infrastruktur, regulasi, dan keamanan. Soal perizinan, Rusdy, selaku wali kota, menjamin kelancaran pengurusannya. Bagi investor yang langsung datang ke Palu, pihak pemkot menyediakan sistem pelayanan satu atap (SIMTAP). Proses untuk mendapatkan izin hanya membutuhkan waktu kurang dari satu minggu.

Adapun bagi calon investor yang jaraknya lebih dekat ke Jakarta, pihak pemkot juga menyediakan layanan one-stop service lewat kantor perwakilannya yang ada di Ibu Kota. Namanya, Kantor Badan Promosi Kota Palu, yang diresmikan bersamaan dengan penandatanganan MoU awal Februari lalu. Kelak, kantor inilah yang akan menguruskan perizinan ke Palu.

Mengapa tidak menerapkan perizinan secara online saja?
Perizinan online biasanya terangkai dengan penerapan e-government. Nah, di Palu, penerapan e-government rupanya baru saja dimulai. Ke depan, jika Kota Palu sukses dalam menerapkan e-government, maka pengurusan izin-izin bisa dilakukan secara online. Kapan? “Kami targetkan paling lama pada 2008,” tegas Rusdy.

Minaldi menuturkan, saat mengurus izin, pihaknya tidak mengalami kesulitan yang berarti. Menurut dia, masalahnya justru pada infrastruktur Palu yang masih kurang memadai. Kondisi itu pulalah yang menjadi alasan PT Ina International menginvestasikan sekitar US$100 juta guna membangun pelabuhan di kota ini. Pelabuhan ini akan terintegrasi dengan kawasan industri. “Ketersediaan pelabuhan sangat penting bagi kawasan industri,” ujarnya.

Untuk infrastruktur telekomunikasi, pihak Telkom Divre VII menyediakan 54.902 satuan sambungan telepon (sst) di kota Palu. Sedangkan untuk telekomunikasi selular, semua operator GSM sudah ada di daerah ini. “Tak ada persoalan untuk sarana telekomunikasi,” kata Dharma.

Mengenai ketersediaan tenaga listrik, saat ini tengah diupayakan. Baru-baru ini, dirut PLN, Eddie Widiono, menandatangani 10 Power Purchase Agreement (PPA) proyek pembangkit listrik. Salah satunya dengan PT Pusaka Jaya Palu Power guna membangun PLTU Tawaeli yang berkapasitas 30 megawatt di Kecamatan Palu Utara. Perkiraan Rusdy, jika proyek tersebut selesai, ini akan menjamin ketersediaan listrik di Kota Palu.

Pembangunan kawasan industri terpadu tersebut pasti tidak akan selesai dalam kurun waktu satu-dua tahun. Nah, untuk memberikan kepastian hukum bagi proyek tersebut, akan diterbitkan peraturan daerah (perda) tentang tata ruang kota. “Jadi, siapa pun yang akan jadi wali kota Palu, dengan perda tersebut maka pembangunan kawasan industri terpadu ini akan terus berjalan,” jelas Dharma.

Untuk memantapkan rencana itu, pihak Bappeda serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Palu berencana membuat perda tentang investasi. Penyusunan perda tersebut tengah menunggu selesainya pembuatan UU tentang Penanaman Modal, yang tengah digodok di DPR. Selain itu, pihak Pemkot Palu juga sedang mengusulkan ke pemerintah pusat untuk menjadikan Kota Palu sebagai kawasan ekonomi khusus.

Lalu, bagaimana dengan faktor keamanan? Ini memang menjadi masalah. Namun, pihak pemkot yakin konflik yang terjadi di Poso tak akan berdampak langsung terhadap Kota Palu. Walau pernah terjadi ledakan dan ancaman bom, menurut Amin Aco, situasi Kota Palu secara keseluruhan cukup kondusif. “Situasi kota tidak semengerikan sebagaimana yang digambarkan oleh media massa,” tegas pria pehobi tenis ini. So, selamat datang para investor!

Komisi VI DPR Dukung Masterplan KI Palu

Komisi VI DPR mendukung masterplan kawasan Industri Palu sebagai pintu perdagangan utara (Kawasan Ekonomi Khusus) yang menghubungan kawasan timur Indonesia.

Hal tersebut terungkap saat Komisi VI DPR mengadakan Kunjungan Kerja ke Palu yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR Anwar Sanusi, di Kantor Walikota Palu, hari Senin minggu lalu, (23/7).

Pada rapat tersebut dihadiri oleh Walikota Palu Rusdy Mastura dan jajarannya. Walikota membeberkan adanya rencana pengembangan kawasan Industri di Palu.

“Rencana ini harus segera diimbangi dengan strategi khusus guna mengembangkan seluruh potensi yang ada di Palu,” kata Anwar Sanusi.

Anwar mengatakan, dirinya sangat kagum terhadap pemikiran dan visi walikota Palu.
Sementara Prof Cecep Syarifuddin (F-KB) mengatakan, visi kawasan industri palu harus didukung oleh semua pihak caranya dengan membangun jiwa dan semangat seluruh masyarakat Palu untuk maju.

Hal senada disampaikan oleh Soekardjo Harjosoewirjo (F-PDIP), Menurutnya, perlu ada kordinasi antara pemerintah dan DPRD guna mendorong visi Palu sebagai pintu perdagangan utara. “Konsep ini sangat menarik, Palu memiliki potensi untuk berkembang,”katanya.

Nasril Bahar (F-PAN) mengatakan, Komisi VI DPR akan mendorong Palu dari sisi anggaran terutama terhadap pengembangan kakao di Palu.

Walikota Palu Rusdi Mastura mengatakan, pihaknya saat ini sedang mengembangkan dan mengelola potensi budaya rotan yang ada di Palu.

Sementara untuk kawasan Industri Palu, direncanakan memiliki luas 1500 Ha, berlokasi strategis di Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang dirancang sebagai Kawasan Industri Modern dan Terpadu, memiliki Infrastruktur dan Fasilitas yang komprehensif, serta didukung oleh Badan Promosi Palu yang menyediakan pelayanan “One-Stop Services”

Rusdy Mastura, Walikota Visioner

Rusdy Mastura adalah seorang wali kota yang visioner. Cita-cita terbesarnya ialah menciptakan sebuah peradaban dunia yang diprakarsai oleh bangsa Melayu. Rusdy melihat bangsa Yunani, Mesir, Cina, dan Eropa pernah memprakarsai perkembangan dunia. Lalu, mengapa bangsa Melayu tidak pernah? Untuk mewujudkan visi besarnya itu, pria yang pernah menjabat sebagai ketua DPRD Kota Palu ini memulainya dengan membangun kota yang dipimpinnya, Palu. Di kota ini, dia akan membangun sebuah kawasan industri terpadu. Senin (5/2) lalu, kepada Houtmand P. Saragih dari Warta Ekonomi, Rusdy bertutur soal rencananya membangun Palu. Petikannya:

Apa tujuan Anda membangun kawasan industri?
Visi saya adalah ingin menjadikan Kota Palu sebagai pusat perdagangan kakao dan kerajinan rotan, terutama untuk Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu, saya juga ingin menjadikan Kota Palu sebagai pusat industri jasa dan pariwisata.

Langkah-langkah apa saja yang sudah Anda lakukan?
Salah satu usaha yang sedang kami lakukan adalah menyiapkan infrastruktur yang mendukung pembangunan kawasan industri. Kami sekarang sedang membangun pembangkit tenaga listrik berkekuatan 30 megawatt. Kami juga sedang membangun infrastruktur pengadaan air bersih. Untuk mengembangkan kota ke arah yang lebih baik, saya juga sedang merevisi peraturan tentang tata ruang kota.

Untuk apa?
Luas total Kota Palu mencapai 400 kilometer persegi. Ini lebih luas dibandingkan dengan Kota Makassar, Manado, dan kota-kota besar lainnya yang ada di Sulawesi. Namun, jumlah penduduk kami lebih sedikit, yakni sekarang sekitar 300.000 orang.

Selain merevisi tata ruang, apa lagi?
Saya juga sudah membuat sistem pelayanan satu atap (SIMTAP) serta mendesentralisasikan kewenangan sampai ke camat dan lurah. Jadi, camat dan lurah mempunyai mata anggaran sendiri. Kemudahan lainnya dalam rangka mengembangkan kawasan industri adalah dengan membuat layanan one-stop service melalui kantor Badan Promosi Kota Palu yang baru kami resmikan. Jadi, bagi calon-calon investor yang ada di Jakarta dan ingin menanamkan modalnya di Kota Palu, mereka bisa mengurus izinnya di Jakarta. Selanjutnya, Badan Promosi Palu yang akan menguruskannya melalui SIMTAP Kota Palu.

Selain kakao dan rotan, potensi apa lagi yang bisa dikembangkan?
Kami juga akan mengembangkan biodiesel. Kami akan menggalakkan perkebunan jarak di Sulawesi Tengah. Sebenarnya, kami juga sudah memiliki perkebunan kelapa sawit.

Berapa dana yang dianggarkan oleh pihak pemkot untuk membangun kawasan industri ini?
Saat ini kami sudah membangun Unit Pelayanan Teknis (UPT) di kawasan industri, pada area seluas 25 hektar. UPT ini untuk industri rotan dan dibangun oleh Departemen Perindustrian. Hanya, saya tidak tahu persis berapa anggaran yang dialokasikan oleh Departemen Perindustrian untuk membangun UPT tersebut.

Kalau dana yang dianggarkan oleh Kota Palu?
Sejauh ini, pihak pemerintah kota baru mengeluarkan anggaran Rp1,1 miliar. Untuk lebih detailnya, jumlah dana tersebut mungkin bisa ditanyakan langsung kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dalam rangka membangun kawasan industri tersebut, tugas kami adalah menyediakan lahannya. Saat ini harga tanah di Palu masih murah.

Apakah Anda akan menggunakan teknologi informasi (TI) untuk mendukung pengembangan kawasan industri?
Saya menetapkan empat misi dalam masa pemerintahan saya. Empat misi tersebut adalah: penguatan kelembagaan, capacity building bagi aparatur, desentralisasi kewenangan, dan e-government. Saya baru saja mengikuti pelatihan untuk e-government bersama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).

Menurut Anda, apa itu e-government dan apa manfaatnya bagi pemerintahan daerah?
E-government adalah pemanfaatan TI dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kami tidak akan bisa maju tanpa mengimplementasikan TI dalam pelaksanaan pemerintahan. Di dunia, saat ini orang-orang sudah IT belonging. Jadi, kalau tidak mengimplementasikannya, kami pasti akan tertinggal.

Sudah sejauh mana implementasi e-government di Kota Palu?
Saat ini kami sedang membangun sistem e-government. Harapan kami, nanti semua kantor sudah menggunakan komputer dan terhubung via jaringan internet.

Apakah ini akan membantu kerja pemerintahan?
Jelas akan mempermudah kerja pemerintah. Selain itu, juga akan meningkatkan efisiensi kerja pemerintah. Misalnya, koordinasi data atau pengeluaran anggaran menjadi selalu bisa dipantau. Gambarannya saya kira sama seperti di industri perbankan. Saat ini kita bisa melakukan transfer dan pembayaran apa pun lewat mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Ke depan, saya membayangkan proses pemerintahan juga akan seperti itu. Jadi, inti dari e-government adalah untuk mempermudah pelayanan.

Bagaimana persiapan untuk menuju ke sana?
Kami sedang membuat langkah-langkah persiapannya. Kalau boleh jujur, Kota Palu sebenarnya baru mau mulai untuk mengimplementasikan e-government. Akan tetapi, kami sudah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk SDM-nya.

Apakah akan menggunakan metode leap frog?
Kami mungkin memilih untuk melaksanakannya secara bertahap. Kami akan mulai dengan menyajikan informasi, baru kemudian memasuki tahap interaksi, transaksi, dan terakhir adalah transformasi. Kendala kami adalah terbatasnya jumlah anggaran. Selain itu, masih banyak persoalan lain yang harus saya pecahkan, seperti penguatan kelembagaan, menyiapkan infrastruktur perkantoran, dan sebagainya.

Website Kota Palu sepertinya tidak di-update, padahal website tersebut bisa digunakan sebagai salah satu sarana promosi. Mengapa?
Memang tidak ter-update. Itu sebabnya saya berharap banyak kepada ketua Bappeda Kota Palu yang baru ini untuk bisa membenahi hal-hal tersebut. Memang, kami sudah memiliki ide menjadikan website sebagai sarana promosi. Namun, kami belum bisa menyatukan data yang ada di dinas-dinas. Kalau maunya sih kami ingin segera melangkah sampai ke proses transaksi. Memang, nanti harus ada lompatan juga. Beberapa waktu lalu kami sudah mencobanya untuk pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kalau ini berhasil, seharusnya kami bisa menerapkannya juga untuk SIMTAP.

Jadi, kapan SIMTAP bisa online?
Kami menargetkan paling lambat tahun 2008.

Berapa dana yang dianggarkan?
Untuk tahun 2006 kami alokasikan Rp600 juta. Sementara untuk tahun ini kami bekerja sama dengan Universitas Tadulako dan mengalokasikan anggaran Rp150 juta. Kami juga mendapatkan hibah yang akan menambah dana untuk penerapan e-government, tetapi kami belum tahu berapa jumlahnya.


Selasa, 11 September 2007

Pemkot Serius Dukung Program PNPM P2KP

Di mata Pemerintah Kota (Pemkot) Palu, penyelenggaraan P2KP sangat membantu dalam mendorong peningkatan kepedulian para pihak terhadap program penanggulangan kemiskinan. Untuk itu Pemkot Palu sangat serius mendukung agar pelaksanaan program P2KP bisa sukses. Demikian ditegaskan Walikota Palu, Rusdi Mastura saat menyerahkan secara simbolik penyaluran dana santunan sosial bagi orangtua/jompo, janda miskin, anak terlantar, dan yatim piatu untuk 23 Kelurahan di Kota Palu. Pelaksanaan acara dipusatkan di Kelurahan Siranindi Kecamatan Palu Barat, pada Sabtu (23-9-2006).

Rusdi Mastura menegaskan, Pemkot Palu membuktikan keseriusan tidak sekedar pada dukungan dana dampingan, tapi juga pada intensnya pengendalian penyelenggaraan program P2KP, melalui kunjungan monitoring dan rapat koordinasi yang dibidangi langsung oleh wakil walikota dan Assisten II Bidang Ekonomi Pembangunan dan Kesra.

Di hadapan anggota BKM se-Kota Palu dan masyarakat calon penerima bantuan santunan Rusdi berharap keseriusan anggota BKM, agar makin peduli dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan melalui P2KP. “Karena, di mata pemerintah pusat, pelaksanaan P2KP di Kota Palu dianggap berjalan baik. Salah satu contohnya, kegiatan Forum Manajemen Interaksi (FMI) P2KP di Makassar, 28 Agustus 2006 lalu, dimana saya diundang untuk menyampaikan implementasi P2KP di Kota Palu,” tutur Rusdi.

Keberlanjutan P2KP di Kota Palu akan dilaksanakan melalui Program Replikasi, katanya, termasuk penguatan kelembagaan Forum Komunikasi Antar BKM Kota Palu. Maka, Pemkot Palu telah mengalokasikan dana dampingan/sharing awal sebesar Rp 160juta yang diambil dari dana ABT. Sementara, untuk Program PAKET, pemda telah berkomitmen menyediakan dana sharing sesuai yang dibutuhkan pada TA 2007 nanti.

Lebih lanjut, Rusdi mengajak semua pihak agar menjadikan kepedulian sosial sebagai gerakan bersama. “Semua pemangku kepentingan diharapkan mengambil bagian dari gerakan ini. Karena, pada tahun 2007 akan dicanangkan sebagai Tahun Peduli Dhu’afa,” tegasnya. Kenapa bukan Tahun Penanggulangan Kemiskinan? “Karena saya berpikir, kita harus membangun lebih dulu komitmen bersama untuk peduli. Kalau komitmen sudah terbangun, apa pun bentuk program/action bisa kita atur,” jelas Rusdi.

Sebagai Walikota Palu, Rusdi telah mengintrusikan kepada semua jajaran instansi/badan, lembaga kemasyarakatan, serta para pemuda, agar harus sudah memiliki program terkait penanggulangan kemiskinan di program kerja masing-masing, memasuki tahun 2007. “Saya ingatkan kepada kita semua, jangan sampai ada warga kita di kota ini meninggal karena lapar. Itu dosa besar bagi kita sebagai pemimpin. Mari kita kelola semua potensi yang kita miliki untuk mendukung dan melibatkan diri dalam setiap kegiatan penanggulangan kemiskinan, agar kita semua yang hadir ini tidak dimasukkan ke dalam neraka,” tandas Rusdi, mengakhiri sambutannya.

Pada acara yang sama, Koordinator Kota (Korkot) KMW VI Sulteng Sukran DM SE menginformasikan, penyelenggaraan P2KP reguler sejak Oktober 2003 telah berakhir pada 31 Agustus 2006. Mulai September 2006 s/d Juni 2007 Program P2KP memasuki masa perpanjangan. Di masa ini, tutur Sukran, peran KMW dalam pendampingan tidak lagi dominan seperti masa reguler. “Diharapkan peran pemda menjadi lebih besar, terutama dalam mendukung Implementasi Program Replikasi dan PAKET,” ujarnya. Sukran berharap kepada BKM dan pemda agar di masa perpanjangan ini terjadi pembelajaran yang lebih berarti terhadap upaya alih peran. Dari yang diperankan oleh KMW menjadi (dan mampu) diperankan oleh BKM dan pemda.

Sementara itu, Ketua Panitia Penyaluran Dana Santunan Sosial Drs. Amilidun, sekaligus sebagai koordinator BKM Kelurahan Siranindi Kecamatan Palu Barat menyampaikan, pelaksanaan kegiatan ini diprakarsai oleh Pengurus Forum Komunikasi Antar BKM Kota Palu. Adapun besarnya alokasi dana santunan sosial dari BLM Tahap III untuk Kota Palu adalah sebesar Rp 303.177.500. Dana sosial yang disalurkan sejauh ini baru sebesar Rp 216.547.000, sisanya (Rp 86.630.500) belum dapat disalurkan karena enam kelurahan/BKM di Kota Palu masih mengalami pemblokiran dana di Bank sebagai konsekuensi kinerja pengembalian (Repayment Rate) pinjaman dana bergulir dari KSM ke UPK yang masih dibawah 80%

Adapun pencairan BLM Tahap III ke Rekening BKM untuk 32 kelurahan/desa di Kota Palu dan Kabupaten Banggai sebesar Rp 1,77miliar yang terealisasi pada 28 Agustus 2006. Dari 32 kelurahan/desa tersebut, 18 di antaranya—terhitung sejak minggu I – II bulan September—telah melakukan penyaluran dana kepada KSM atau penerima manfaat. Khususnya untuk kegiatan Lingkungan dan Ekonomi Dana Bergulir.

Di akhir prosesi kegiatan penyaluran dana santunan sosial ini, Panitia Pelaksana (Forum BKM Kota Palu) melakukan lelang amal santunan sosial. Dari kegiatan ini terkumpul dana sebesar Rp 1,2juta. Salah seorang warga Kelurahan Siranindi tak kuasa menahan keharuan setelah menerima dana santunan sosial. Kepada Korkot, pria paruh baya itu mengungkapkan, “Pemberian santunan ini sangat bermanfaat, karena santunan ini diberikan bersamaan dengan tibanya bulan Ramadhan (puasa). Dengan santunan ini, sedikitnya dapat membantu kami memenuhi kebutuhan di minggu awal bulan Ramadhan. (dikutip dari website p2kp)

Senin, 10 September 2007

Sejarah Singkat Kota Palu

Sejarah Singkat

Kota Palu sebagai Kota Kecil Pusat Kerajaan Palu merupakan peninggalan penjajahan Belanda yang terbagi atas onder Afdeling (wilayah kekuasaan) dengan 3 (tiga) landschap yakni :

  1. Landschap Palu terdiri dari : Distrik Palu Timur, Distrik Palu Tengah dan Distrik Palu Barat
  2. Landschap Kulawi
  3. Landschap Sigi Dolo

Undang-Undang Nomor 44 tahun 1950 menetapkan Wilayah Daerah Sulawesi Tengah dengan Ibukota Poso sedang Palu hanya tempat kedudukan Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat Wedona.

Tahun 1957 status Kota Palu menjadi Ibukota Keresidenan

Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah terbentuk melalui UU Nomor 13 tahun 1964 dengan Kota Palu sebagai Ibukota Propinsi Dati I Sulawesi Tengah.

Tahun 1978 melalui PP nomor 18 Kota Palu ditetapkan menjadi Kota Administratif dan selanjutnya melalui UU Nomor 4 tahun 1994 berubah status menjadi Kotamadya Dati II Palu dengan Wilayah Kota Administratif Palu dan sebagian Wilayah Kecamatan Tavaili.

Saat ini Wilayah Kota Palu terdiri atas empat Kecamatan yaitu :

  1. Kecamatan Palu Utara
  2. Kecamatan Palu Timur
  3. Kecamatan Palu Barat
  4. Kecamatan Palu Selatan
(Dikutip dari www.sulteng.go.id)