Kamis, 27 September 2007

Rusdy Mastura, Walikota Visioner

Rusdy Mastura adalah seorang wali kota yang visioner. Cita-cita terbesarnya ialah menciptakan sebuah peradaban dunia yang diprakarsai oleh bangsa Melayu. Rusdy melihat bangsa Yunani, Mesir, Cina, dan Eropa pernah memprakarsai perkembangan dunia. Lalu, mengapa bangsa Melayu tidak pernah? Untuk mewujudkan visi besarnya itu, pria yang pernah menjabat sebagai ketua DPRD Kota Palu ini memulainya dengan membangun kota yang dipimpinnya, Palu. Di kota ini, dia akan membangun sebuah kawasan industri terpadu. Senin (5/2) lalu, kepada Houtmand P. Saragih dari Warta Ekonomi, Rusdy bertutur soal rencananya membangun Palu. Petikannya:

Apa tujuan Anda membangun kawasan industri?
Visi saya adalah ingin menjadikan Kota Palu sebagai pusat perdagangan kakao dan kerajinan rotan, terutama untuk Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu, saya juga ingin menjadikan Kota Palu sebagai pusat industri jasa dan pariwisata.

Langkah-langkah apa saja yang sudah Anda lakukan?
Salah satu usaha yang sedang kami lakukan adalah menyiapkan infrastruktur yang mendukung pembangunan kawasan industri. Kami sekarang sedang membangun pembangkit tenaga listrik berkekuatan 30 megawatt. Kami juga sedang membangun infrastruktur pengadaan air bersih. Untuk mengembangkan kota ke arah yang lebih baik, saya juga sedang merevisi peraturan tentang tata ruang kota.

Untuk apa?
Luas total Kota Palu mencapai 400 kilometer persegi. Ini lebih luas dibandingkan dengan Kota Makassar, Manado, dan kota-kota besar lainnya yang ada di Sulawesi. Namun, jumlah penduduk kami lebih sedikit, yakni sekarang sekitar 300.000 orang.

Selain merevisi tata ruang, apa lagi?
Saya juga sudah membuat sistem pelayanan satu atap (SIMTAP) serta mendesentralisasikan kewenangan sampai ke camat dan lurah. Jadi, camat dan lurah mempunyai mata anggaran sendiri. Kemudahan lainnya dalam rangka mengembangkan kawasan industri adalah dengan membuat layanan one-stop service melalui kantor Badan Promosi Kota Palu yang baru kami resmikan. Jadi, bagi calon-calon investor yang ada di Jakarta dan ingin menanamkan modalnya di Kota Palu, mereka bisa mengurus izinnya di Jakarta. Selanjutnya, Badan Promosi Palu yang akan menguruskannya melalui SIMTAP Kota Palu.

Selain kakao dan rotan, potensi apa lagi yang bisa dikembangkan?
Kami juga akan mengembangkan biodiesel. Kami akan menggalakkan perkebunan jarak di Sulawesi Tengah. Sebenarnya, kami juga sudah memiliki perkebunan kelapa sawit.

Berapa dana yang dianggarkan oleh pihak pemkot untuk membangun kawasan industri ini?
Saat ini kami sudah membangun Unit Pelayanan Teknis (UPT) di kawasan industri, pada area seluas 25 hektar. UPT ini untuk industri rotan dan dibangun oleh Departemen Perindustrian. Hanya, saya tidak tahu persis berapa anggaran yang dialokasikan oleh Departemen Perindustrian untuk membangun UPT tersebut.

Kalau dana yang dianggarkan oleh Kota Palu?
Sejauh ini, pihak pemerintah kota baru mengeluarkan anggaran Rp1,1 miliar. Untuk lebih detailnya, jumlah dana tersebut mungkin bisa ditanyakan langsung kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dalam rangka membangun kawasan industri tersebut, tugas kami adalah menyediakan lahannya. Saat ini harga tanah di Palu masih murah.

Apakah Anda akan menggunakan teknologi informasi (TI) untuk mendukung pengembangan kawasan industri?
Saya menetapkan empat misi dalam masa pemerintahan saya. Empat misi tersebut adalah: penguatan kelembagaan, capacity building bagi aparatur, desentralisasi kewenangan, dan e-government. Saya baru saja mengikuti pelatihan untuk e-government bersama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).

Menurut Anda, apa itu e-government dan apa manfaatnya bagi pemerintahan daerah?
E-government adalah pemanfaatan TI dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kami tidak akan bisa maju tanpa mengimplementasikan TI dalam pelaksanaan pemerintahan. Di dunia, saat ini orang-orang sudah IT belonging. Jadi, kalau tidak mengimplementasikannya, kami pasti akan tertinggal.

Sudah sejauh mana implementasi e-government di Kota Palu?
Saat ini kami sedang membangun sistem e-government. Harapan kami, nanti semua kantor sudah menggunakan komputer dan terhubung via jaringan internet.

Apakah ini akan membantu kerja pemerintahan?
Jelas akan mempermudah kerja pemerintah. Selain itu, juga akan meningkatkan efisiensi kerja pemerintah. Misalnya, koordinasi data atau pengeluaran anggaran menjadi selalu bisa dipantau. Gambarannya saya kira sama seperti di industri perbankan. Saat ini kita bisa melakukan transfer dan pembayaran apa pun lewat mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Ke depan, saya membayangkan proses pemerintahan juga akan seperti itu. Jadi, inti dari e-government adalah untuk mempermudah pelayanan.

Bagaimana persiapan untuk menuju ke sana?
Kami sedang membuat langkah-langkah persiapannya. Kalau boleh jujur, Kota Palu sebenarnya baru mau mulai untuk mengimplementasikan e-government. Akan tetapi, kami sudah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk SDM-nya.

Apakah akan menggunakan metode leap frog?
Kami mungkin memilih untuk melaksanakannya secara bertahap. Kami akan mulai dengan menyajikan informasi, baru kemudian memasuki tahap interaksi, transaksi, dan terakhir adalah transformasi. Kendala kami adalah terbatasnya jumlah anggaran. Selain itu, masih banyak persoalan lain yang harus saya pecahkan, seperti penguatan kelembagaan, menyiapkan infrastruktur perkantoran, dan sebagainya.

Website Kota Palu sepertinya tidak di-update, padahal website tersebut bisa digunakan sebagai salah satu sarana promosi. Mengapa?
Memang tidak ter-update. Itu sebabnya saya berharap banyak kepada ketua Bappeda Kota Palu yang baru ini untuk bisa membenahi hal-hal tersebut. Memang, kami sudah memiliki ide menjadikan website sebagai sarana promosi. Namun, kami belum bisa menyatukan data yang ada di dinas-dinas. Kalau maunya sih kami ingin segera melangkah sampai ke proses transaksi. Memang, nanti harus ada lompatan juga. Beberapa waktu lalu kami sudah mencobanya untuk pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kalau ini berhasil, seharusnya kami bisa menerapkannya juga untuk SIMTAP.

Jadi, kapan SIMTAP bisa online?
Kami menargetkan paling lambat tahun 2008.

Berapa dana yang dianggarkan?
Untuk tahun 2006 kami alokasikan Rp600 juta. Sementara untuk tahun ini kami bekerja sama dengan Universitas Tadulako dan mengalokasikan anggaran Rp150 juta. Kami juga mendapatkan hibah yang akan menambah dana untuk penerapan e-government, tetapi kami belum tahu berapa jumlahnya.


Tidak ada komentar: